Di berbagi negara, seperti India, praktek perkawinan yang “diatur” orangtua pada gadis di bawah usia 14 tahun masih sangat umum.
Hubungan seksual terjadi pada gadis usia 9-12 tahun karena banyak pria dewasa mencari gadis muda sebagai pasangan seksual untuk melindungi diri mereka sendiri terhadap penularan PMS/HIV.
Di beberapa budaya, pria muda diharapkan untuk memperoleh pengalaman hubungan seks pertama
kalinya dengan seorang pekerja seks komersial (PSK).
Remaja, terutama remaja putri seringkali dipaksa berhubungan seks. Di Uganda misalnya, 40% dari siswi sekolah dasar yang dipilih secara acak melaporkan telah dipaksa untuk berhubungan seks.
Di Sub-Sahara Afrika, pengalaman hubungan seks pertama bagi beberapa remaja putri adalah dengan “Om Senang” yang memberikan mereka pakaian, biaya sekolah, dan buku-buku sebagai imbalan atas jasa seks yang diberikan. Di negara berkembang, jutaan anak hidup dan bekerja di jalanan, dan banyak di antara mereka yang terlibat dalam “seks demi bertahan hidup” (survival sex) dimana mereka menukar seks untuk memperoleh makanan, uang, jaminan keamanan maupun obat-obat terlarang.
Sebagai contoh, sebuah survei di Guatemala City menemukan bahwa 40% dari 143 anak jalanan yang disurvei melakukan hubungan seks pertama dengan orang yang tidak mereka kenal; semua pernah berhubungan seks demi uang, semua pernah dianiaya secara seksual, dan 93% pernah terinfeksi penyakit menular seksual (PMS). Di Thailand, diperkirakan 800.000 pekerja seks komersial (PSK)
berusia di bawah 20 tahun dan dari jumlah ini, 200.000 di antaranya berusia di bawah 14 tahun. Beberapa di antara mereka “dijual” sebagai PSK oleh orangtuanya guna menghidupi anggota keluarga yang lain
No comments:
Post a Comment